MEMPREDIKSIKAN MUSIK MASA DEPAN
Sabtu, 06 Maret 2010Oleh: Amin Abdullah
Disampaikan pada
World Music Festival Riau Hitam Putih – Malay Music Institute 25 Juli 2009
Saya memahami tema “new music for the next tradition” ini dengan futorologi atau ilmu memprediksikan masa yang akan datang. Ilmu ini sudah mulai berkembang di negara – negara maju dengan mengamati apa yang terjadi pada masa lalu dan masa kini untuk melihat masa yang akan datang. Olehnya, makalah ini mencoba melihat musik baru untuk tradisi yang akan datang dengan perspektif linear .
DEFENISI
Musik baru atau ada istilah lain lagi “musik kreasi baru” adalah nama yang aman untuk menyebut musik yang diciptakan saat ini. Istilah ini digunakan sebagai alternatif pengganti kata musik kontemporer atau musik modern yang cukup hangat permasalahannya ketika digunakan di Indonesia. Hal ini disebabkan dii Indonesia masih sering mempertentangkan antara tradisi dan modern. Seolah-olah, istilah itu berlaku tetap pada sesuatu.
Padahal, identifikasi tradisi atau modern terhadap sesuatu terbatas pada ruang dan waktu serta tidak tetap. Terbatas pada ruang, karena apa yang disebut tradisi pada sebuah wilayah, dapat dianggap sebuah hal yang baru pada wilayah lain. Misalnya, tradisi musik Barat dengan segala unsurnya yang telah berlangsung ratusan tahun di Eropa, dianggap hal baru dan modern di sebagian wilayah Indonesia. Terbatas pada waktu, karena apa yang dianggap tradisi hari ini, dulunya adalah sesuatu yang baru dan kontemporer. Keroncong misalnya, dulunya dianggap sesuatu yang trend. Namun, saat ini dianggap tradisi yang harus diselamatkan.
Olehnya, persoalan musik tradisi dan modern, baru dan lama selayaknya dipahami secara bijak dengan memperhatikan konteks penggunaannya pada sebuah musik. Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana berusaha menyelami tradisi dengan hidup didalamnya dengan menghidupinya.
Ada dua point pemikiran yang coba diuraikan dalam makalah ini. Pertama, musik baru untuk tradisi yang akan datang adalah sebagai lanjutan masa lalu dan masa kini. Kedua, musik baru untuk tradisi yang akan datang mempunyai muatan yang tidak tunggal.
LANJUTAN MASA LALU DAN MASA KINI
Musik baru untuk tradisi yang akan datang tidak turun dari langit atau tidak terpenggal dan berdiri sendiri, lepas dari sejarah dan konteks yang melatarbelakanginya. Dia adalah sebuah proses dalam memaknai tradisi dan pengembangan selanjutnya diujung tradisi tersebut.
Dengan menyepakati tradisi sebagai sumber penciptaan seni, maka yang penting sekali dilakukan oleh tradisi yang akan datang untuk membuat musik-musik baru adalah kajian teks dan konteks yang seutuh mungkin terhadap tradisi tersebut. Olehnya, pendidikan kemudian menjadi salah satu kunci untuk calon-calon penggarap musik baru. Pendidikan yang dimaksud adalah bukan hanya pendidikan formal di instititusi pendidikan kesenian, namun juga pendidikan non-formal seperti workshop, belajar dari masyarakat tradisi dengan melakukan survey, berusaha menyelami dan hidup dalam tradisi, serta banyak menonton pertunjukan – pertunjukan lain sebagai bahan banding.
Menjadikan tradisi sebagai sumber penciptaan seni, akan menghasilkan warna karya yang beragam. Karena pengalaman dan cara pandang setiap individu berbeda – beda. Olehnya musik baru di masa yang akan datang semakin bervariasi dan kemungkinan besar semakin bergeser dari karya kolektif menuju konsep karya yang mementingkan kemandirian individu .
Karya – Karya multi media akan semakin marak kedapan. Karya multi media yang dimaksud adalah karya yang tidak mengkotak-kotakkan seni dalam ruang-ruang yang ketat seperti musik, tari, teater, senirupa, fotografi, film dll. Munculnya istilah dance-theater, music-theatre adalah contoh gejalanya. Hal ini juga ditunjang oleh seni pertunjukan tradisi kita yang bila kita amati tidak dapat dipisahkan yang mana musik, tari dsb.
Tehnologi masa depan akan semakin memudahkan penggarap berkarya, membuat karya lebih kaya alternatif dan meminimalisir anggaran pembuatan karya dan pementasan. Sehingga memungkinkan seorang komposer dapat pergi ke berbagai festival hanya seorang diri dengan peralatan yang canggih.
BERMUATAN BANYAK
Musik baru untuk tradisi yang akan datang tidak bermuatan tunggal, namun jamak. Dalam sebuah karya, dapat saja penekanannya pada salah satu muatan, namun tetap muatannya tidak sendiri.
Sejalan dengan isu identitas yang diperkirakan semakin marak pada abad 21 ini, maka karya – karya musik akan tetap mengusung identitas siapa dan dari mana seorang komposer berasal. Muatan identitas etnik / budaya sang penggarap tetap muncul dengan intensitas yang bervariasi.
Bahkan , yang akan sangat menarik adalah bila latar belakang sang penggarap yang berasal dari perkawinan silang antar etnik, misalnya Kaili di Sulawesi Tengah dan suku Melayu di Sumatra. Juga komponis yang mengalami phisical mobility (perpindahan secara fisik) dari satu tempat ke tempat lain, misalnya komponis dari etnik Madura yang tinggal lama di Solo.
Olehnya, karya baru tetap diperkirakan akan mempunyai muatan pendidikan kebudayaan. Hal ini disebabkan penontonnya dari komunitas yang sama akan tetap berusaha mengidentifikasi dirinya dalam karya tersebut, dan mencoba memahami kekontemporeran dalam karya. Penonton diluar komunitas tersebut akan mengidentifikasi sang komposer dan mencoba memahami konteks dan isu yang dibawa oleh sang komposer.
Musik baru juga akan diwarnai ekspresi aktual dari penggarap. Pendapatnya, reeaksinya pada masalah dilingkungan dia tinggal atau terhadap masalah ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya Indonesia saat ini akan menjadi sasaran kritik seniman dalam karyanya.
Sejalan dengan isu baru yakni ekonomi kreatif dimana kebudayaan diharapkan menjadi “mata uang baru”, karya – karya musik baru semakin banyak yang akan memperhitungkan muatan ekonomi. Penggarap akan menjadi seorang wirausahawan, enterpreneur, yang berkarya dan membuat CD / VCD untuk dipasarkan secara independen. Jaringan kerja skala lokal, regional, nasional dan internasional akan semakin terbangun untuk memasarkan karya baik berupa pertunjukan langsung maupun CD / VCD.
Fungsi seni pertunjukan sebagai hiburan akan tetap ada. Seberapa besar prosentasi unsur hiburan tersebut, sangat tergantung dari mazhab yang dianut oleh penggarap.
KESIMPULAN
Pendidikan dan sponsor (maecenas) tetap menjadi penting dan menentukan gaya, corak, mutu musik baru pada tradisi yang akan datang. Pendidikan yang memaknai tradisi, hidup dalam tradisi, menghidupi tradisi dan tetap menjadikannya sebagai sumber penciptaan seni akan membuat tradisi tidak stagnan atau bahkan mati.
Negosiasi antara independensi seniman dan sponsor dalam hal ini pemerintah atau maecenas swasta juga akan mempengaruhi karya. Ruang berekspresi seperti forum, festival, pergelaran dengan kuratorial yang beragam tetap menjadi laboratorium sekaligus etalase pencapaian artisitik penggarapan musik.
Akhirnya, musik baru Indonesia akan semakin kaya karena dua hal. Pertama, munculnya penggarap – penggarap dari berbagai wilayah Indonesia dengan warna yang beragam. Kedua, legitimasi eksistensi karya beserta penggarapnya tidak hanya terpusat pada satu wilayah, satu school of thought, satu gaya dan satu aliran tertentu.
Amin Abdullah,
praktisi seni dan kebijakan kebudayaan Read More...
Langganan:
Postingan (Atom)